Jumat, 28 Mei 2010

MY LIVE



My life

Aku belajar… bahwa hidup adalah seperti segulung kertas tisue di toilet, semakin mendekati akhir, semakin cepat berlalu. Aku belajar… bahwa seharusnya aku bersukur, karna tuhan tidak mengabulkan semua yg aku minta. Aku belajar… bahwa uang tidak menentukan kelas seseorang. Aku belajar… bahwa mengabaikan kenyataan tidak akna mengubah realita yang ada. Aku belajar… bahwa cara yang termudah bagiku untuk bertumbuah adalah menempatkan diriku dalam lingkungan orang–orang yang lebih pintar dari aku…

Hidup adalah suatu rangkayan dari pengalaman. Setiap pengalaman membuat kita besar, walaupun sulit menyadari hal ini, pada keadaan dunia yang dibentuk untuk membentuk sebuah karakter terhadap seseorang. Maka dari itu kita harus belajar… tenteng hambatan dan kesedihan yang harus kita pikul untuk membantu kita menuju barisan terdepan… guna untuk meraih sebuah kesuksesan..

Sabar… dan tawakkal adalah kunci dari semua hal tersebut. Berusaha dan berdo’a menjadi sebuah rutinitas yang pasti dan harus kita jalani. Bangkitkan semangat juang yang tinggi dalam hidup kita, karna dengan smangat itu, apapun yang kita hadapi akan terasa lebih mudah dan menyenangkan. Tidak ada kata tidak mungkin jika kita berusaha.


Berawal dari kebahagiaan…

Semua orang mengenalku sebagai cowok pendiam, tapi care terhadap semua orang. Sampai ada yang bilang jika gadis yang jadi istriku nanti, adalah gadis yang beruntung. Saat aku mendengarnya, tentu saja aku senang dan sedikit GR…!!! Hehehe.. mimpi–mimpi indah selalu aku rajut dalam tidur gelapku. Akan tetapi kenyataan beda banget, ketika aku terjun langsung kedunia nyata. Ternyata hanya kepedihan yang aku dapat..

Nama ku RENDY, dan aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Masa kecil aku sangat bahagia, karna aku hidup dengan keluarga yang sempurna. Hidup berkecukupan walupun terkadang ada sedikit kekecewaan. masa indah di waktu kecil, aku jalani dengan penuh kesederhanaan, maklum saja, aku tinggal di desa yang jauh dari keramayan. Walaupun begitu, aku sudah cukup bersyukur, karna di desa aku mampunyai banyak teman sebaya yang siap menemani ku mewarnai dunia. Bermain di ladang, hutan, perkebunan, sungai, dan bahkan empangpun sudah menjadi kebiasaan kami. Rasa persahabatan dan kekeluargaan kami sangatlah kental. Sebut saja AGUS dan JOKO.. mereka sudah menjadi sahabat aku sedari kecil. Satu sekolah, selalu satu kelas, dan apalagi rumah kami pun saling berdekatan. Kebahagiaan selalu mewarnai langkah demi langkah yang kita lewati..

Indahnya masa kecil ku...


Ketika kepedihan tiba.. L

Bertahun–tahun akulewati bersama dengan orang–orang yang aku sayangi, dan akupun sudah beranjak dewasa. Mungkin benar kata orang, jika hidup itu tidak akan berarti tanpa adanya masalah dan tantangan hidup. Ayah ku mampunya masalah dengan pekerjaannya, profesi beliau sebagai sekdes di desaku. Tadinya aku berfikir hanyalah masalah kecil yang takperlu aku hiraukan. Akan tetapi… dugaanku salah, masalah kali ini memaksa untuk ayahku keluar dari pekerjaannya, karena beliau dituduh sebagai penggelap uang rakyat. Tapi aku yakin, jika ayahku tidak separti tudingan yang dilontarkan para penuduh itu. Dan hal tersebut, memaksa ayah dan ibuku untuk mengambil keputusan pindah rumah. Aku sangat terkejut mendengar akan hal itu, rasa kecewa, sedih, dan nelongso sempat datang menyerangku.. karena kau harus bisa merelakan berpisah dengan agus, joko, dan teman-teman baikku di desa. Belum kering rasa kecewa di dalam hati ku, tiga hari menjelang kepindahannku, ayah di datangi para pendemonstrans dalam jumlah yang cukup banyak.senjata tajam terhampar di depan mata mengepung rumahku. Rumah yang tadinya sejuk dan menyenangkan, kini berubah manjadi menegangkan dan mencekam. Pada saat itu aku tidak ada di rumah, karna aku sedang asik bermain dengan agus dan joko. Dan karna kejadian tersebut, jadwal kepindahanku dipercepat. Itu berarti aku harus benar–benar mempersiapkan mental. Di saat–saat aku akan pindah rumah, agus dan joko selalu ada di sisiku. Mereka juga ikut membantu aku - bersih–bersih rumah, menaikkan barang–barang ke mobil BOX, dan yang pasti menghiburku dengan sedikit tawa canda gembira, meski sebenarnya hati dan fikiran kami kacau. Tetesan air mata turut mewarnai raut mukaku pada saat itu. Karna sebenarnya aku tidak ingin berpisah dengan sahabat-sahabat kecilku. Tapi... mau gimana lagi..?!!!

Dan hari yang paling aku takutkan akhirnya tiba.. sebuah mobil Box dan truk sudah siap di halaman rumah, untuk membawa barang–barang menuju tanggul-jember, karna aku dan keluarga akan tinggal sementara waktu di rumah kakek, sebelum rumah baru kami selesai di bangun. Dan akupun masih- menyempatkan diri bermain–main dengan agus dan joko di kolam depan rumah, sekedar bermain pancingan, walaupun kami sudah mengerti jika kolam tersebut sudah tak berpenghuni lagi. Waktu itu masih tidak ada handphone, dari kejauhan ibuku memanggil agar aku segera berkemas. Tibalah saatku untuk mengucapkan salam perpisahan kepada sahabatku. Sebuah pelukan hangat, menjadi tanda bahwa persahabatan kami tidak akan pernah putus, walau jarak memisahkan. Sebuah senyuman dari agus dan joko melepas kepergianku. Dalam hati kecil aku berkata..

.“ sahabatku… aku tidak akan pernah melupakanmu… “


Adaptasi..

Seminggu setelah kepindahanku, aku sadar bahwa keterpurukanku tidak akan mungkin bisa membuat semua kembali seperti semula. Sejak saat itulah aku berharap akan bisa menemukan teman–teman baru, yang bisa mengerti dan menjadi sahabat baik seperti agus dan joko.

Akupun melanjutkan hari–hariku dengan biasa. Kebahagiaan bersama family mulai berkurang, karna sejak kepindahanku itu, ayahku tidaklah bekerja lagi.apa lagi di zaman sekarang sangat sulit untuk mencari kerja. Ibuku hanyalah ibu rumah tangga saja. Padahal aku dan ke dua adikku sangat sedang membutuhkan biaya untuk sekolah.semenjak itu juga ayahku menjadi makelar, dan ibuk membuka usaha took peracangan di rumah, walau dengan modal yang minim, apa boleh buat.. kami harus menerima dengan lapang dada.

Dari sana aku sadar bahwa roda hidup itu selalu berputar. Terkadang kita di bawah, dan terkadang juga kita ada di posisi teratas.aku sempat mengalami sedikit depresi, karena kehidupanku berubah total. Akan tetapi kejenuhan dan depresi tersebut lumayan teratasi dan bahkan hamper tidak terfikir lagi. Hal itu terjadi karena, di sekolah SMP aku yang baru, aku mendapat teman yang baik dan sangat pintar. Selain itu aku juga ikut dalam kegiatan exskul seni di sekolah. Aku bertemu dengan teman yg mempunyai hobby sama dengan aku, sebakat dan seminat. Dari situlah aku mempunyai obsesi untuk menjadi seorang intertainer yang professional. Aku dan teman–teman takjarang tampil dalam event di sekolah. Terkadang pula kami tampil dalam pertunjukan drama, dan takjarang pula aku dan seorang temanku menjadi Host di acara tersebut. Trimakasih ya allah..

Hingga pada suatu saat, aku bertekat untuk mengikuti pemilihan calon bintang foto model tahun 2004–2005. yang formulirnya aku dapatkan dari majalah remaja yang sudah bisa aku beli setiap minggunya, walaupun untuk membelinya aku harus rela tidak jajan di sekolah 3 hari. Segenap persyaratan dan beberapa photo terbaruku sudah aku persiapkan untuk aku kirim ke Jakarta.demi cita–cita aku berani mengambil resiko dan semua tantangannya. Untuk melengkapi persyaratan demi persyaratan, aku membutuhkan biaya yang lumayan merogoh kocek. Sedangkan saja, untuk kebutuhan sehari–hari keluargaku masih kebingungan. Aku bingung, dan sempat sedikit merasa putus asa. Akan tetapi untung saja ada bude aku yang berbaik hati kepadaku ( bude zubaidah “almarhum”). Serta sodara–sodara aku yang selalu mendukung setiap langkahku untuk maju. Rasa syukur aku panjatkan ke hadirat allah SWT. Karna allah telah memberi aku jalan untuk meraih mimpi indahku.

Singkat cerita, usahaku ternyata tidak sia–sia. Berkat dukungan orang tua, adikku, dan sodara–sodaraku,dan juga motivasi teman–temanku, aku terpilih sebagai unggulan calon bintang model 2004–2005. dan juga sebagai finalis model di tahun 2005–2006. bunga–bunga bermekaran di dalam hatiku.ketika aku mendapat konfirmasa tersebut, aku sangat senang sekali. Tapi.. perjalanan karierku taksemulus yang aku bayangkan. Kerikil–kerikil kecil dan ranjau seperti banyak bertaburan di setiap langkah yang aku pilih. Aku mendapat panggilan dari Jakarta untuk mengikuti tahap selanjutnya. Akan tetapi mungkin aku harus merelakan kesempatan emas itu dengan sia–sia. Karna.. apalagi untuk pergi ke Jakarta, untuk kebutuhan sehari – hari saja aku dan keluargaku kebingungan. Dan juga sodaraku tidak akan mungkin terus dapat membantu aku secara materi, karna mereka juga mempunyai kesibukan gan tanggungan masing – masing. Rasa kecewa, sedih, dan keterpurukan kembali hadir di hatiku.

Untuk ke sekian kalinya, aku mencoba mengisi hariku dengan secara wajar. Aku juga sengaja menambah jadwal kegiatan ekskul di sekolah. Dengan harapan aku bisa terhibur dan sedikit mendapat ketenangan harti. Sebuah pertanyaan memenuhi otakku. “ mengapa aku selalu kehilangan orang–orang dan kesempatan juga peluang yang aku suka dan aku cintai ??? Kenapa allah membiarkan aku seperti ini??? Padahal aku sudah berjuang keras demi semua ini?!?.. “ semakin lama aku merenung, semakin sakit rasanya hatiku. Dan akhirnya aku hanya bisa meratapi nasipku.dalam hati aku berkata.. “ aku akan lebih baik lagi.. “

Sekali lagi..

Janjiku untuk menjadi lebih baik lagi, aku penuhi ketika kau mengikuti lomba penyiar radio di salah satu radio swasta di lumajang, aku bertekat mengikutinya walau dengan bekal yang sangat minim. Untung saja aku pernah bekerja selama kurang lebihnya satu tahun di radio local dekat rumah. Waktu itu aku masih duduk di bangku sekolah SMK. Dan aku pada waktu itu masih sangat terobsesi sekali untuk menjadi intertainer. Besar harapan aku pada lomba tersebut. Karna menurut kabar yang aku terima dari pehak menejemen radio itu, finalis yang menjadi jawara, akan direkrut menjadi penyiar tetapnya. Maka dari itu aku semangat sekali mengikuti ajang pencarian bakat penyiar itu. Aku kaget dan sempat merasa minder ketika aku tau jika peserta yang mengikuti seleksi lomba tersebut berjumlah 126 peserta. Yang mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa. Sedangkan aku hanya peserta yang baru lulus SMK saja..

Tapi aku yakin, jika aku berusaha dan berdo’a, aku pasti bisa. Gokilnya lagi, aku mendapat giliran audisi pertama kali. Wah kacau jadinya..!!! aku merasa deg – degkan, dan rasanya ingin buang air kecil. Kacau deh…

Akan tetapi.. ketika aku masuk di ruang audisi, aku berusaha untuk tenang, karna ini adalah kesempatan awal bagi aku, jadi aku tidak mau menyia–nyiakan kesempatan ini. Kurang lebihnya 1jam aku berada di dalam. Dan aku rasa sudah cukup membuat jantung aku jadi beku. Setelah audisi berakhir, semua finalis diwajibkan untuk menunggu hasil dari dewan juri.dan menurut pengumuman dari panitia penyelenggara, dari 126 finalis tersebut, akan di pilih 10 finalis terbaik untuk maju ke sesi berikutnya. Hatiku rasanya makin menciut saja..

Berkat dukungan semua orang yang peduli denganku, aku mencoba untuk selalu optimis dan terus semangat. Di sela–sela aku menunggu hasil audisi, aku terus berlatih dan berlatih. Dan tidak terasa sudah tiba waktunya pengumuman hasil dari dewan juri. Detak jantungku lambat laun semakin cepat, dan sangat terasa. Alhamdulillah… semua do’a ku terkabulkaan.. aku masuk dalam 10 besar finalis terbaik. Dan aku berada di nomor urut 06, sujud syukur segera aku haturkan untuk Allah SWT. Ternyata segenap usaha dan do’aku tidak sia–sia. Dari situ aku terus mengikuti tahap–tahap berikutnya yang lumayan memekan waktu. dalam malakukan penilaiyan selanjutnya, tim juri membagi penilayan menjadi dua bagian. Yaitu menggunakan 50% poling sms dan 50% dari hasil pertimbangan tim juri. Semakin berat saja rasanya tantangan yang aku hadapi. Tapi apa boleh buat, aku harus menyusun strategi canggih, agar dapat keluar sebagai pemenang. 10 finalis yang lolos diberi kesempatan untuk langsung “on air” membawakan acara yang sudah diatur oleh panitia. Aku berjuang sekuat tenaga untuk itu. Meminta dukungan poling sms kepada semua orang yang aku kenal, menjadi rutinitas di waktu itu. Pada saat itu juga aku menjadi tau, dan aku juga sangat terharu melihat orang tua, adik-adik ku, yang sangat antusias membantu aku mencari dukungan poling sms. Mulai dari kerabat dekat, teman-teman sekolah adik-adikku, tetangga di sekitar rumah, sampai tukang sayur pagi haripun tidak luput dari permintaan dukungan bapak, ibuk, dan adik-adikku. Aku sangat merasa beruntung mempunyai keluarga seperti mereka. Dengan melihat semangat orang tua jg adik-adikku, semangat aku jadi semakin membara. Dalam hati aku berkata “aku akan membawa pulang kemenangan untuk keluarga”.

Semua itu ternyata membawakan hasil, Aku lolos sebagai jawara dalam ajang itu. Rasa senang yang aku rasa, takbisa tergambarkan dengan apapun.hanya sujud syukur yang aku haturkan untuk allah SWT. Aku mendapat piala, piagam, dan sejumlah uang. Semua ini berkat restu dari bapak, ibuk, adik-adikku, dan semua orang yang sudah turut mendukung aku. “Alhamdulillah” hanya itu yang bisa aku ucapkan. Akan tetapi, tidak tau kenapa aku merasa aneh. Dan firasat aku itu ternyata tidak salah. Selang waktu satu bulan dari pengumuman juara 1 2 dan 3, aku mendapat kabar dari teman sesame finalis, bahwa yang direkrut kerja di radio tersebut adalah finalis dengan peringkat 3 dan 6. tentu aku sangat kaget dan terpukul dengan adanya kabar tersebut. Yang lebih parah lagi, ternyata kabar itu memang benar adanya. Disitulah fikiran dan hatiku hancur berantakan. Harapan, dan segala usaha yang aku lakukan, seakan hangus sudah terbakar. Benak hatiku bertanya-tanya kenapa bisa separti itu. Merasa aku dipermainkan, mendorong langkah kaki aku untuk datang menemui pihak panitia penyelenggara. Memastikan apa memang benar akan hal tersebut, dan ternyata fakta pahit itu harus aku terima dengan lapang dada, dan dengan alasan yang aku fakir tidak masuk akal. Karena emosiku pada waktu itu sudah takterbendung lagi, aku berkata pada pihak menejemen radio tersebut “ memang saat ini saya yang membutuhkan anda, akan tetapi suatu saat nanti anda yang akan membutuhkan saya”. Seraya aku melangkah pergi.

Dan lagi-lagi rasa kehilangan datang menghantui hari-hariku kembali. Padahal aku sudah berjuang mati-matian untuk mencapai semua itu. Meskipun sebanarnya semua biaya/ongkos kendaraan untuk mengikuti prosedur yg berlak, aku dapatkan dari ibuk, sedangkan ibuk mendapatkannya dari hasil pinjaman. Walaupun begitu ibuku selalu mendukung aku. Beliau selalu berusaha demi aku bisa mengikuti dan mencapai cita-cita yang aku inginkan tapi apa yaku dapat? Aku hanya dipermainkan oleh orang-orang yang tidak bertangguang jawab. Mungkin aku harus membiarkan semua ini mengalir seperti air. Tidak ada gunanya aku menentang arus deras. Aku hanya bisa berdo’a, berusaha dan selalu bersyukur atas apa yang aku dapat. Karna kau yakin semua ini pasti ada hikmahnya. Aku tidak akan berhenti belajar, karna Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Sedangkan Orang-orang yang masih terusbelajar, akan menjadi pemilik masa depan.

Semangat yang datang kembali

Taklama dari kejadian itu, aku sadar bahwa kesempatan diluar sana masih banyak yang terbuka lebar untukku. Aku mencoba kembali untuk meraih apa yang aku inginkan. Berkat bantuan dan support dari keluarga dan teman-teman, aku optimis untuk bangkit dari keterbelengguan. Pada suatu saat menjelang aku lulus dari SMK. Akumendengar akan ada acara seleksi penyiar radio junior, sebut saja Mawar FM. Info yang aku dapat dari slah satu temanku tersebut, menyatakan bahwa Mawar FM membutuhkan 6 orang kandidat baru untuk mengisi acara dengan segmentasi yang berbeda. Dari banyaknya finalis yang mengikuti seleksi tahap awal, aku masuk dalam 10 besar, dan dari sana kami yang tersisa di training selama 4 bulan. Sebelum akhirnya di saring kembali menjadi 6 finalis. Berbulan bulan aku berjuang, susah payah aku berusaha hadir di setiap sesi training. Apa lagi dengan jarak 32Km, dan harus ganti angkot dua kali baru aku bisa sampai di Mawar FM. Panas terik matahari, dinginnya hujan, sudah tak aku perdulikan lagi. Karna selain aku mengejar cita-citaku, aku sangat igin mendapatkan pekerjaan. Setelah aku melewati beberapa tahap training yang rumit, ternyata usahaku tidak sia-sia. Aku masuk dalam 6 besar dan berada di nomer urut 2. penat yang sempat aku rasa, serasa terbalaskan. Lega rasanya mendengar keputusan tersebut. Setelah itu 6 besar finalis terpilih, diharap untuk menunggu keputusan dari pihak menegement, tentang siapa saja yang akan mereka pilih. Dan alhasil sampai detik ini, aku dan 5 orang finalis lainnya hanya diberi janji palsu. Tidak ada kepastian apapun dari pihak menegement, hanya sesekali kita di hubungi untuk mengisi acara yang sedang kosong. Dan itupun dilakukan tanpa pamrih, tidak ada gaji atau sekedar uang lelah, apalagi untuk transport, diberi minum saja tidak. Lama kelamaan kami ( para finalis ) mulai kesal, karna tidak ada ketentuan pasti dari pihak Menegement Mawar FM. Sudah cukup kesabaran kami berbulan-bulan di gantung tanpa kejelasan. Berulang kali kami berusaha mencari kejelasan, akan tetapi selalu ada saja alasan yang di berikan. Sehingga kami (6 finalis) memutuskan untuk keluar tanpa pamit dari M awar FM. Kami sepakat menghilang seperti ditelan bumi, sebagai rasa kecewa kami karna telah dipermainkan. Mungkin ini adalah nasipku yang harus aku jalani dengan lapang dada.

Jauh dari itu, saat ini keluargaku sangat anjlok secara ekonomi. Bahkan sodara-sodaraku juga ikut anjlok. Entah apa yang terjadi, sepertinya aku dan keluarga besarku sedang dilanda badai serta gempa berskala tinggi. Sangat berbeda dengan keadaan keluargaku dulu. Mungkin ini yang dinamakan roda kehidupan, selalu dan terus berputar. Aku sempat tidak bisa menerima kenyataan pahit ini, tapi apa boleh buat. Aku adalah tulang punggung keluarga, jadi aku harus tetap tegar dan tidak boleh larut dalam keterbelengguan yang mendalam. Mungkin benar menurut salah satu buku yang pernah aku baca, yang mengatakan bahwa “kesempatan hanya datang satu kali itu salah” dan yang benar adalah “kesempatan akan datang berkali-kali kepada kita, akan tetapi terkadang kita terlalu lama terpaku terhadap kegagalan yang kita dapat, sehingga kita tidak melihan ( terlambat ) untuk mendapat kesempatan yang lainnya, yang sudah terbuka untuk kita. sejak saat itu, sampai saat ini aku tetap berdo’a dan berharap, juga berusaha, jikalau suatu hari nanti allah akan memberiku kesempatan untuk meraih cita-citaku. Karena aku yakin selalu ada matahari yang bersinar terang di balik awan mendung. Bukan begitu??..

Aku sadar bahwa tidak ada manusia yang terlahir sempurna, dan aku tidak boleh menyesali dengan apa yang sudah terjadi dalam kehidupanku. Karna setiap menusia pasti pernah merasakan apa itu cobaan, yang seakan-akan hiduppun tidak berarti lagi. Hanya dengan bersyukur aku mencoba menenangkan diri, karna hidup ini adalah anugrah dan aku akan menjalani hidup ini dengan yang terbaik. Tuhan pasti akan menunjukan semua kebesaran dan kuasanya, bagi hambanya yang sabar dan tak mengenal putus asa.

Sudah 2 minggu ini bapak, ibuk, dan adikku yang ke2 berangkat ke Jakarta untuk mengadu nasip. Dengan harapan keluargaku yang sedang kesusahan bisa menjadi lebih baik lagi. Aku mendapat kabar dari Jakarta, jikalau ibu aku disana berjualan kue dan makanan. Sedangkan bapak, memilih untuk berjualan kembang api. Mendengar akan hal tersebut aku sedikit senang dan juga sedih. Aku senang bapak dan ibuk sudah bisa mulai berusaha. Dan aku juga sedih karna aku sebenarnya tidak tega melihat semua hal itu. Membiarkan bapak dan ibukku berjuang di kota metropolitan dengan pekerjaan yang tekpernah ku bayangkan sebelumnya. Aku sangat ingin membentu, tapi apa yang harus aku lakukan. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk bekerja di salah satu konter handphone, kebetulan aku kenal dengan pemiliknya sedari kecil. Hasilnya lumayan untukku dan adik pertamaku menyambung hidup. Sementara itu adikku yang ke2, pindah sekolah ke Jakarta. Dan itupun harus dengan biaya yang lumayan mahal dibandingkan dengan sekolah yang sebelumnya. Sedangkan untuk biaya hidup saja masih kebingungan dan pas-pasan. Belum lagi dengan biaya hidup yang terus menerus merambat naik. Ya allah kuat kanlah aku dan keluargaku..

Entah sampai kapan derita ini harus aku pikul, yang ada dalam fikiranku sekarang adalah, terus berjuang demi bapak, ibuk, dank kedua adikku. sudah seharusnya aku menjadi contoh yang baik dalam keluarga. Bagiku Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memilik waktu tidak menjadikan kita kaya, tetapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari semua kekayaan.

Bertahan hidup artinya selalu siap untuk berubah. Karna perubahan adalah jalan menuju kedewasaan. Kuncinya adalah JANGAN MENYERAH !!!

Kadang kala terjadi dalam kehidupan, saat keadaan membingungkan, saat jalan yang kita lalui seakan mengharuskan kita untuk mendaki, saat persediaan dana menipis, dan hutang kita bertumpuk. Saat kita tersenyum, tapi keadaan mengharuskan kita untuk menyerah. Bila seluruh masalah kita menekan dan membuatmu merasa lelah, maka beristirahatlah. Tapi jangan menyerah!!!.. karna kehidupan adalah suatu hal yg unik. Dengan segala lika–liku, dan kelak–keloknya. Sebagai mana pernah dirasakan setiap manusia. Keberhasilan adalah kebalikan dari kegagalan. Bias perak awan–awan keraguan. Dan kita tidak pernah tau, saat berada di dekatnya, mungkin keberhasilan masah jauh terasa. So… teruslah bertarung!!!.. untuk itu.. janganlah menyerah…

Saat aku sedih... aku akan tertawa. Saat aku tertekan… aku akan bernyanyi. Saat aku berkelimpahan… aku berfikir akan kekurangan masa lalu. Saat aku jatuh miskin… aku berfikir akan kekayaan yg akan datang. Saat aku merasa terlalu berkuasa… aku akan mencoba untuk menghentikan angina. Saat aku terlalu percaya diri… aku ingat akan kekurangan aku di masa lalu. Saat aku dapat kekayaan yg berlimpah… aku akan ingat disaat muluku lapar. Saat aku bangga terhadap diriku… aku ingat disaat–saat aku lemah. Saat aku mencapai masa kejayaan… ku ingat masa–masa aku tak berdaya..

Inilah hidup…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar